Uang Kertas di Venezuela Malah Dianyam Jadi Tas dan Dijual 100 Ribu-an! Ini Alasan Mengejutkannya!

Hiperinflasi terus menerus mengguncang ekonomi Venezuela dan menyebabkan mata uang Bolivar menjadi tidak berharga sama sekali. Namun, di tangan seorang seniman, uang kertas tersebut justru berubah menjadi peluang bisnis.

Edison Infante yang berusia 23 tahun menyulap mata uang Bolivar menjadi tas dan dompet anyaman. Ditemui di sudut jalan Kota Cucuta yang terletak di perbatasan Kolombia—680 kilometer dari ibu kota Venezuela, Caracas—Infante menjual tas yang terdiri dari ribuan uang kertas Bolivar seharga US$7 (Rp106.000) hingga US$15 (Rp228.000). Uang sebanyak itu, menurut Infante, cukup membuat dapur keluarganya mengebul di Venezuela selama setidaknya dua pekan.

Sponsored Ad

IMF memprediksi tingkat inflasi tahunan Venezuela akan mencapai 1.000.000% pada akhir tahun ini. Guna mengantisipasinya, pemerintah Venezuela baru-baru ini menciptakan mata uang baru bernama 'Bolivar berdaulat' yang nilainya setara dengan 100.000 Bolivar lama. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa upaya itu mampu meredam krisis. Para pengkritik menilai hal tersebut justru membuat krisis bertambah parah.

Di perbatasan Venezuela, para pedagang mata uang tak resmi duduk di hadapan meja plastik yang penuh tumpukan uang kertas pecahan 20.000, 50.000, dan 100.000 Bolivar lama karena 'Bolivar berdaulat' belum kunjung tiba di Kota Cucuta, Kolombia.

Sponsored Ad

Setiap hari, ribuan warga Venezuela yang baru pulang dari tempat bekerja di Kolombia menukarkan segenggam uang logam Kolombia dengan tumpukan uang kertas Bolivar. Mata uang Bolivar dengan pecahan kecil diperlakukan seperti sampah, seperti 10 Bolivar yang dicetak pada 2011, 100 Bolivar yang dicetak pada 2015, dan 1.000 Bolivar yang dicetak pada 2016.

Para seniman, termasuk Infante, membeli tumpukan uang kertas itu untuk menjadi bahan anyaman. Satu tumpuk uang kertas dihargai US$1 atau Rp15.217—melampaui nilai sebenarnya.

Sponsored Ad

Jorge Cardero, pembuat tas uang anyaman lainnya, duduk di antara tumpukan uang yang baru dibelinya. Saat baru mulai membuat tas berbahan dasar uang, dia memakai uang kertas dua hingga lima Bolivar.

"Kami tidak pernah membayangkan bakal menggunakan uang pecahan 5.000," ujarnya.

Cordero mengaku belajar melipat-lipat kertas menjadi anyaman saat dipenjara di Venezuela. Kala itu, dia menggunakan bahan tidak terpakai, seperti kertas majalah, pembungkus permen, atau pembungkus makanan. Uang kertas yang dipakainya membuat tas jauh lebih bagus, katanya. Sebab, uang kertas tahan air, mulus, dan kuat.

Sponsored Ad

Bagi Infante, tas anyaman dari uang kertas Bolivar merupakan berkah pada masa kelam. Berkat tas-tas tersebut dia bisa hidup relatif nyaman ketimbang sejumlah warga Venezuela yang harus menyambung hidup dengan menjual permen atau menjadi kuli.

Hanya dengan menjual satu tas per hari, Infante dapat makan. Pernah suatu kali, warga dari Bogota datang dan membeli tas anyamannya dalam jumlah banyak untuk dijual lagi di ibu kota Kolombia itu. Selain itu, orang Amerika dan Italia juga datang untuk mendapatkan tas anyaman buatan Infante.

Sponsored Ad

Infante berharap hasil kerajinan tangannya dapat mengeluarkan dia dari kawasan perbatasan ke kota besar, seperti Bogota di Kolombia atau Lima di Peru sehingga dia bisa mendapatkan uang lebih banyak. Namun, harapan terbesarnya, menurutnya, adalah suatu saat bisa kembali ke Venezuela yang damai.


Sumber: bbc 


Kamu Mungkin Suka