Sempat Jadi Juara Dunia, Siapa Sangka Kehidupan Petinju Indonesia Ini Di Masa Tua Malah Jadi “Begini”

Disanjung-sanjung saat masih muda dan berprestasi, namun akhirnya harus ‘buntung’ saat tua dan tak lagi produktif. Agaknya, hal inilah yang dialami oleh petinju legendaris Indonesia, llyas Pical. Dilansir dari merdeka.com, ia bahkan harus melakoni profesi sebagai Office Boy di Kementerian Pendidikan dan Olahraga.

Miris memang. Seorang atlet yang sempat menjadi legenda di ring tinju Indonesia, kini harus menghadapi masa tuanya dalam kondisi yang sulit. Padahal, sederet prestasi Ellyas di masa silam, turut mengangkat nama Indonesia di kancah tinju internasional. Beginilah kisah jatuh bangun dari perjalanan karir sang legenda.

Sponsored Ad

# Terinspirasi dari sosok Muhammad Ali

Dunia tinju berhasil membetot Ellyas Pical muda saat dirinya kerap menonton acara tersebut di TVRI. Dilansir dari viva.co.id. ia begitu mengidolakan sosok Muhammad Ali, petinju muslim asal Amerika Serikat yang terkenal pada saat itu. Sayang, keinginannya menekuni olahraga adu jotos itu sempat tak direstui kedua orang tuanya. Meski demikian, Ellyas sudah berlatih tinju secara sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan. Karir pertamanya dimulai di level kelas terbang. Hal ini kemudian berlanjut dengan raihan kemenangan di di berbagai turnamen, baik tingkat kabupaten hingga tingkat nasional.

Sponsored Ad

# Menjadi petinju nasional pertama yang meraih gelar juara dunia

Tahun 1983 menjadi titik awal bagi Ellyas berlaga di dunia tinju profesional. Kala itu, ia berhasil menumbangkan lawan-lawannya di Kelas Bantam Yunior. Laman viva.co.id menuliskan, prestasinya kemudian berlanjut di ajang turnamen OPBF (Orient and Pacific Boxing Federation) pada 19 Mei 1984. Saat itu, petinju kelahiran Saparua, 24 Maret 1960 tersebut berhasil merobohkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde. Sejak saat itu, nama Ellyas semakin tenar di panggung tinju internasional.

Sponsored Ad

# Menyandang Julukan ‘The Exocet’ yang memiliki pukulan jitu

Pertandingan perebutan sabuk IBF Kelas Bantam Yunior yang diselenggarakan di Jakarta pada 3 Mei 1985, meruapakan momen terbaik yang dimiliki oleh seorang Ellyas Pical. Kala itu, ia sanggup menaklukan petinju Korea, Chun Ju-do dan merebut gelar juara dunia. Sumber dari viva.co.id menuliskan, berkat kombinasi pukulan hook dan uppercut kirinya yang khas, ia pun dijuluki sebagai “The Exocet”, nama yang diambil dari rudal milik Prancis yang dipakai Inggris pada perang Malvinas melawan Argentina.

Sponsored Ad

# Jatuh bangun merintis karir bertinju di berbagai pertandingan

Prestasi Ellyas pun sempat mengalami pasang surut. Laman merdeka.com menuliskan, ia sempat merelakan sabuk juaranya setelah kalah saat melawan petinju asal Republik Dominika, Cesar Polanco. Pada 1987 silam, ia juga sempat keok di tangan petarung Thailand, Khaosai Galaxy dalam ronde 14. Meski sempat bangkit dengan keberhasilan merebut kembali gelar IBF Kelas Bantam Yunior dari tangan sang juara bertahan, Tae-ill Chang asal Korea Selatan, Ellyas harus kembali menelan pil pahit lantaran kalah dari petinju Kolombia, Juan Polo Perez dan harus melepas gelarnya pada 1989. Sejak saat itu, prestasinya tak terdengar lagi.

Sponsored Ad

# Legenda tinju dunia yang menjadi Office Boy saat pensiun dari dunia tinju

Lama tak ada kabar, nama Ellyas kembali mencuat pada 2005 karena kasus kriminal. Sumber dari merdeka.com menuliskan, ia berurusan dengan pihak berwajib karena melakukan transaksi barang terlarang di sebuah diskotek di Jakarta Pusat. Setelah ditahan selama 7 bulan bui, Ellyas akhirnya dibebaskan. Beberapa pekerjaan pun sempat dilakoninya. Seperti menjadi menjadi asisten Agum Gumelar saat menjabat ketua KONI Pusat. Tak hanya itu, petinju kidal tersebut juga sempat menjadi Office Boy di Kementerian Pendidikan dan Olahraga setelah ada pergantian kepengurusan di tubuh KONI.

Sponsored Ad

Dunia tinju Indonesia sempat disegani masyarakat internasional berkat kemenangan Ellyas Pical beberapa waktu silam. Sayang, sang legenda harus melanjutkan hari tuanya menjadi petugas Office Boy saat tak lagi aktif di arena adu jotos. Meski demikian, prestasinya di masa lalu bisa dicontoh oleh generasi penerus olahraga tinju Indonesia, agar senantiasa termotivasi untuk menjadi juara. Terutama di level internasional.


Sumber: Boombastis

Kamu Mungkin Suka