Hasil Masakan Keasinan = Kebelet Nikah!? Ternyata Ini Kisah di Baliknya!

"Masakannya asin banget, yang masaknya pasti kebelet nikah deh!" Kalimat tersebut pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, karena sudah sejak zaman dulu, rasa masakan yang asin dan kebelet nikah memang seringkali dikaitkan satu sama lain. Padahal, jika dipikir-pikir dengan menggunakan logika, rasa makanan yang asin dan kebelet nikah tentu tidak ada hubungannya.  Lalu, sebenarnya dari manakah asalnya keterkaitan dua hal tersebut?

Menurut Fitriani, salah satu pemerhati budaya yang berasal dari Yogyakarta, mitos mengenai rasa masakan yang asin dan kebelet nikah pertama kali hadir di kalangan keraton. Fitriani menjelaskan, pada masa itu ada seorang putri yang tidak diizinkan menikah oleh raja karena dia jatuh cinta pada rakyat biasa yang berasal dari desa. Hingga pada suatu hari, sang putri diminta untuk memasak karena pembantu atau abdi dalem sedang sakit. Karena merasa kesal, pada akhirnya putri membubuhi garam banyak-banyak hingga rasa masakannya menjadi asin.

Sponsored Ad

Setelah mencicipi masakan putrinya, sang raja pun seketika marah dan kemudian memanggil putrinya. "Mengapa masaknya asin? Apa tidak bisa memasak atau ada keinginan yang tidak dipenuhi?" tanya sang raja di hadapan warga dan penghuni keraton. Mendengar pertanyaan ayahnya, putri pun menjawab bahwa dia ingin menikah. Tak disangka, raja kemudian mengizinkan putrinya untuk menikah dengan lelaki pilihannya yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Selain itu, perbedaan kasta antara kaum santri, priyayi, dan abangan pun dihapuskan. Menurut Fitri selaku alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sejak saat itu setiap ada wanita yang masaknya keasinan dianggap ingin menikah.

Sponsored Ad

Selain pendapat di atas, masih ada juga pendapat lainnya mengenai keterkaitan antara rasa masakan yang asin dan kebelet nikah. Salah satunya berasal dari Anik Sukaifah, sarjana lulusan Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang. Menurut Anik, garam yang memberikan rasa asin diidentikkan dengan benda yang sering bersentuhan dengan perempuan, terutama ketika memasak. Jadi, rasa asin secara ilmiah diartikan sebagai kondisi yang menegaskan bahwa seseorang sudah dewasa.

Sponsored Ad

Pendapat serupa diungkapkan Saeful Yusuf, mahasiswa komunikasi Udinus Semarang. Menurutnya, rasa asin merupakan tanda kedewasaan. Maka ada ungkapan "wis mangan uyah akeh" atau dalam bahasa Indonesia "sudah banyak makan asam garam" yang artinya sudah pengalaman. Berpengalaman adalah tanda kedewasaan, sehingga kalau sudah dewasa, maka siap menikah.

Sponsored Ad

Ada pendapat lain yang mengungkapkan bahwa rasa asin merupakan bentuk perasaan ingin dimengerti dan diperhatikan. Selain itu, ada juga yang mengatakan rasa asin ini sebagai bentuk ekspresi marahnya wanita, karena kebanyakan wanita mengungkapkan kemarahan dengan perlakuan, bukan perkataan.


Sumber: inovasee


Kamu Mungkin Suka