Tangis Penyesalan Inginkan Surga Dunia Dapat Neraka, Pengakuan WNI Eks ISI Soal Terbius Hijrah : "Gue Gabung Pengen Better Life, Tapi..."

Salah seorang WNI eks ISIS, Aleeyah Mujahid, bukan nama sebenarnya, bercerita bagaimana ia kemudian bergabung dengan kelompok ini. Ia mengatakan memutuskan untuk 'menghilang' dari keluarga dan teman-temannya di Jakarta pada Desember 2015.

Perempuan ini memutuskan untuk hijrah ke Suriah dan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. “Tujuan gue? Kehidupan yang lebih baik. Better life di kacamata gue itu bukan soal ekonomi, tapi soal keselamatan agama gue,” kata Aleeyah dalam unggahan di media sosialnya. Tempo sudah mendapat izin untuk mengutip kisah wanita berusia 25 tahun itu.

Sponsored Ad

Lulusan Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki ini mengaku ingin menyatu bersama umat muslim di penjuru dunia yang cinta Islam dan rela diatur hukum Islam, yang berdasarkan Al Quran dan sunnah untuk mencegah diri dari ketidakadilan. Ia mengaku ingin memperbaiki hubungannya dengan Allah dan menjadi umat muslim yang lebih baik.

Sebelum berangkat ke Suriah, Aleeyah membekali diri dengan mencari situs konsultasi tentang Islam. Hingga akhirnya pada Agustus 2015, pencariannya itu menyasar ke sebuah situs dari ISIS yang membahas soal hijrah.

Sponsored Ad

“Patut gue akui, gaya bahasa dan tulisan yang mereka umbar di media sebagai nilai jual dan daya tarik mereka emang cantik dan ciamik. Bikin gue mikir, apa ini jawaban dari kebimbangan gue? Apa ini jawaban dari pencarian gue?” katanya.

Di saat sejumlah orang melihat kekejaman ISIS di layar televisi, Aleeyah merasa seperti terlempar ke dunia lain. Ia merasa disuguhi video indah dan tenteramnya kehidupan di bawah naungan khilafah ‘ala minhaj annubuwwah.

Sponsored Ad

Untuk menjemput jawaban dari pertanyaan di benaknya, Aleeyah mulai menyiapkan keberangkatan pertamanya ke luar negeri sendirian. Mulai dari membuat paspor, mencari tiket pesawat, memesan hotel, hingga mendapatkan visa Turki.

Orangtuanya tahu bahwa ia akan pergi ke Turki. Namun tidak tahu bahwa anaknya tak berencana kembali ke Indonesia. Lulusan Universitas Muhammadiyah itu dibekali uang ratusan dolar dari orang tuanya. “Tapi gue sebenarnya ngantongin lebih,” kata dia.

Sponsored Ad

Pada 8 Desember 2015 dinihari, Aleeyah meninggalkan Jakarta menuju Istanbul, Turki. Ia kemudian mencari kontak pemuda yang bisa membantunya menyeberang ke Suriah bagian wilayah ISIS. Kontak pemuda tersebut menjamur di Twitter.

Ia teringat suasana perbatasan Turki dan Suriah yang gelap, tanpa penerangan sama sekali. “Gue sampai keder ini langkah gue lurus apa belak belok. Entah. Dingin, berduri,” ujarnya.

Penyeberangan yang dilakukan Aleeyah juga dihujani tembakan polisi perbatasan berkali-kali. Ia pun pasrah jika harus tewas di tempat itu. Setelah menemui banyak kendala, akhirnya Aleeyah baru benar-benar masuk ke wilayah kekuasaan ISIS pada Juli 2016.

Sponsored Ad

Melalui Raqqah, bekas Ibu Kota ISIS, Aleeyah bersama sang suami asal Jazirah menetap di Albu Kamal, wilayah Suriah yang berbatasan dengan Irak. Ia juga melahirkan anak pertamanya di sana pada Februari 2017.

Selama lima bulan menjalani kehidupan di bawah ISIS, ekspektasi tinggi ia dan suaminya tentang kehidupan ‘ala minhaj annubuwwah pun dibayar kekecewaan. Ia mengatakan kebobrokan ISIS mulai nampak setelah kejatuhan Mosul pada akhir Oktober atau awal November 2016. Ia melihat masih banyak kebohongan dan kedzaliman yang menjamur.

Sponsored Ad

Dari pengalamannya, bergabung dengan ISIS seperti terlibat dengan gangster atau kelompok mafia bertopeng Islam. Banyak orang berusaha kabur namun tertangkap dan dipenjara dengan masa tahanan tidak menentu. Padahal, kata Aleeyah, video propaganda ISIS menyebutkan orang bebas keluar kapan saja jika tak melihat Islam di organisasi tersebut. “Aslinya mah bohong beut (banget) dah. Lo kalau keluar berarti lo penghianat,” ujarnya.

Setelah lebih dari satu tahun tinggal di Albu Kamal, Aleeyah bersama suami dan anaknya pindah ke Baghouz, yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari tempat tinggal sebelumnya. Beberapa bulan sebelum hengkang dari wilayah itu, ISIS digempur habis-habisan. Ledakan bom tanpa target terjadi siang, sore, dan malam. Setelah sejumlah wilayah ISIS diambil alih, laki-laki diwajibkan berperang. ISIS juga berinisiatif mengeluarkan perempuan dan anak dari teritorial mereka.

Sponsored Ad

Aleeyah lalu diminta suaminya untuk keluar lebih dulu bersama anak mereka lewat jalur yang resmi. Pada Desember 2017, Aleeyah dan anaknya bersama sejumlah perempuan di sana akhirnya diangkut dengan truk. Naasnya, perjalanan itu juga tak mulus lantaran truk disetop oleh sekumpulan orang berseragam tentara dengan emblem YPG, organisasi militer Partai Persatuan Demokratik di Suriah yang mengendalikan sebagian besar wilayah Rojava.

Selanjutnya, Aleeyah enggan menceritakan kejadian miris yang dialaminya ketika itu, sampai akhirnya ia pun dipindahkan ke kamp pengungsian Rojava, Suriah. Sudah sekitar 2 tahun tinggal di Kamp Rojava, Aleeyah mengaku terus berdoa dan berharap bisa keluar dari wilayah itu ke tempat lebih baik. “Kalau jawabannya pulang ke Indonesia, alhamdulillah.”

Sponsored Ad

Ratusan eks kombatan ISIS asal Indonesia hanya bisa merutuki nasib mereka, tinggal di kamp darurat dekat Raqqa, Suriah tanpa kepastian. Jauh dari kata 'surga dunia' yang dijanjikan oleh ISIS, hanya 'neraka' yang mereka dapatkan.

ISIS menawarkan janji-janji manis melalui internet untuk para jihadis yang bersedia bergabung. Utang dunia dilunasi hingga penggantian biaya perjalanan dari Indonesia menuju Suriah ternyata hanyalah omong kosong belaka.

Sponsored Ad

Dengan membuta, tanpa mempedulikan realita yang terus disiarkan media mengenai kekejaman ISIS, teror hingga kesengsaraan warga lokal, ratusan warga Indonesia menjual semua harta miliknya, dan bergabung dengan milisi teror tersebut.

Sebuah keluarga Indonesia yang kini ditampung di kamp darurat dekat Raqqa mengaku, tahun 2015 dari menjual rumah dan harta bendanya, mereka berhasil mengumpulkan uang Rp 500 juta untuk bergabung dengan para jihadis yang menjanjikan 'surga' itu.

'Surga' yang Dijanjikan itu Ternyata 'Neraka'

Beberapa relawan dari Indonesia yang bergabung dengan ISIS demi mendapatkan surga dunia baru menyadari kekeliruan mereka setelah masuk dalam 'kalifat Islam' ala ISIS. Tak ada surga seperti yang dijanjikan, yang ada hanyalah neraka.

Mimpi buruk para relawan dimulai setelah menginjakkan kaki di Raqqa. Kaum pria yang tidak bersedia bertempur, langsung dipenjarakan atau disiksa. Sementara kaum wanitanya dipaksa untuk menjadi pengantin jihadis.

Tak ada fasilitas gratis, pekerjaan yang layak, makan dan hidup dengan ketenangan. Teror dan pertumpahan darah menjadi menjadi tontonan setiap hari.

Hari-hari mereka kini diselimuti dengan rasa penyesalan dan kegelisahan. Mereka mengharapkan Indonesia memiliki rasa belas kasihan dan mau menerima mereka kembali.

Raihan, jihadis asal Indonesia alam wawancara dengan kantor berita AP mengaku sangat menyesali keputusannya terbang ke Raqqa untuk bergabung dengan ISIS. Ia hanya bisa berharap Indonesia mau menerimanya kembali dan bisa menjalani kehidupan normal seperti sedia kala di tanah kelahirannya.

"Saya ingin kembali ke Indonesia dan tak sudi datang lagi ke sini. Ini kesalahan terbesar kami, saya sangat kecewa," kata Raihan dikutip dari DW -- jaringan Suara.com, Jumat (7/1/2020).

Tak Sesuai Kaidah Islam

Nurshardrina Khairadhania (19), perempuan warga Indonesia yang tergiur janji surga kalifat ISIS mengaku amat menyesal, naif dan bodoh. Ia baru menyadari masuk dalam 'lubang buaya' saat setibanya di Turki.

Sayangnya, hal itu telah terlambat. Keluarganya tetap ngotot untuk pergi ke Raqqa menjemput surga.

Setibanya di Raqqa, kaum perempuan dipisahkan dari kaum lelaki dan dikurung di sebuah asrama. Di asrama itu pula, Nur dipaksa menjadi pengantin jihadis. Disebutkannnya, pagi hari ia diminta menikah dengan jihadis dan jawabannya harus diberikan malam hari itu juga.

"Banyak tindakan ISIS sangat jauh dari kaidah Islam. Banyak represi. Padahal Islam itu tentang keadilan dan perdamaian. Tapi dalam ISIS tak ada keadilan dan perdamaian," ungkapnya.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan wacana untuk memulangkan para eks kombatan ISIS asal Indonesia. Wacana tersebut menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan eks kombatan ISIS akan menjadi teroris setibanya di Indonesia. Sebab, tak mudah untuk menghapus ideologi keras yang telah mereka pegang dari ISIS.

Sumber : Line TodayLine Today

Kamu Mungkin Suka