Mick Dodge memiliki kehidupan yang baik, sama seperti orang lain. Mantan tantara angkatan laut yang pernah bekerja sebagai mekanik mesin berat, memiliki dua rumah dan beberapa mobil. Hidupnya lebih mewah daripada kebanyakan orang, tetapi ia mulai merasa bosan.

Suatu hari, setelah Mick Dodge memasuki hutan hujan Hoh di Pegunungan Olympic, Pasifik Barat Laut, Amerika Serikat untuk merawat kakinya yang sakit, yang kemudian menjadi sembuh, ia memutuskan untuk hidup dan tinggal di hutan.

Mick Dodge menjadi lebih nyaman tinggal di hutan hujan Hoh dengan bertelanjang kaki selama hampir 30 tahun. Mick jarang memakai sepatu, tidak memotong rambut dan membiarkan kumis dan jenggotnya panjang. Mick Dodge menjadikan alam sebagai sahabatnya, dan alam juga memperlakukannya seperti teman dekat.

Pada tahun 2014, National Geographic telah menerbitkan serangkaian kisah kehidupan Mick Dodge di hutan yang berjudul “The Legend of Mick Dodge”. Melalui kisah ini, para penonton diberi kesempatan untuk mengetahui bagaimana Mick dapat bertahan hidup di hutan hanya dengan mengonsumsi tumbuh-tumbuhan dan serangga yang mengandung protein tinggi.

Mick Dodge memiliki filosofi hidup yang mudah. Meskipun ia bersekolah dan lulus dari Sekolah Tinggi Kubasaki di Okinawa, Jepang, Mick tidak pernah masuk universitas. Tapi dia suka membaca. Melalui membaca, dia tahu banyak hal dalam hidup. Dia berkata, “Jika saya membaca bahan yang berguna untuk alam, saya akan menanam pohon. Tetapi jika saya membaca materi yang tidak masuk akal, saya juga akan menanam pohon itu tetapi bukunya akan menjadi kertas toilet atau bahan bakar. “

Mick mempelajari kehidupan yang lebih bermakna setelah menjadi manusia nomaden yang tanpa sepatu. Dengan berlari dan berjalan setiap hari sambil mencari makanan dan tempat tinggal, fisiknya sekarang lebih sehat. Kakinya tidak lagi sakit dan sakit punggungnya telah hilang sepenuhnya. Jantungnya menjadi lebih kuat dan lebih sehat. Mick tenang dan tidak lagi memikirkan tekanan kehidupan di kota.

Selama hampir 30 tahun, Mick Dodge tidak pernah merindukan kehidupan modern kecuali biskuit cokelat neneknya. Hidup di hutan dengan alam yang akami lebih damai dan sehat. Kecuali untuk musim dingin, Mick akan memakai sepatu yang terbuat dari kulit rusa, tetapi di musim lain, Mick akan berjalan tanpa alas kaki.

Mick Dodge belajar sesuatu yang berharga ketika tinggal di hutan dalam keadaan darurat seperti ketika dia sakit, air dan api adalah sumber utama penyembuhan. Ketika mengalami demam, batuk atau dingin, hutan hujan Hoh akan memasok air dari gletser untuk minuman mineral tinggi dan Mick akan berendam ke dalamnya. Di hutan ada berbagai jenis jamur dan tumbuhan yang berkhasiat untuk digunakan sebagai obat dan makanan untuk menyembuhkan penyakit.

Mick, yang juga dikenal sebagai ‘Barefoot Sensei’, pernah berkata, dengan menghindari kenyamanan, kebiasaan rutin, dan struktur fisik seperti sepatu, mesin, dinding, dan gadget elektronik, ia menemukan dirinya mampu menemukan solusi dengan memikirkan hal-hal yang masuk akal dan dapat menyesuaikan diri. dengan alam dan interaksinya dengan makhluk hidup lainnya. Awalnya pun dirinya sempat sulit beradaptasi, kini dirinya menganggap hal itu adalah hal yang menyenangkan

Sepanjang perjalanan kehidupannya di hutan, Mick Dodge menemukan banyak teman dan alam adalah teman-temannya. Melalui seri ‘The Legend of Mick Dodge’, Mick mengundang penonton untuk memahami bagaimana rute sungai Hoh dan Pegunungan Olypic telah mengajarkan kepadanya kehidupan yang penuh gairah.

Banyak yang mengatakan Mick Dodge adalah legenda seperti judul serial televisi, tetapi Mick menolak julukan yang diberikan sambil mengatakan bahwa tanah dan alam sebenarnya adalah legenda.

Meskipun Mick dikenal di seluruh dunia, yang terkesan dengan daya tahan hidup di hutan selama beberapa puluh tahun, ia tidak pernah peduli tentang itu. Baginya ketenaran adalah salah satu jebakan dunia modern yang akan mengekang semangat.

Mick Dodge tidak peduli dengan pandangan orang lain yang melihatnya sering bertelanjang kaki dengan wajahnya yang dekil yang mengatakan bahwa ia tidak punya waktu untuk memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Baginya semua orang bebas untuk berpikir dan berpandangan apa saja selama mereka tidak berpikir untuk menghancurkan tanah dan alam tempat mereka berdiri.

Sumber : Erabaru