Mengalami Hal Memilukan Ini, Tukang Becak Dirikan Rumah Sakit di Desanya!

Di suatu malam yang mengerikan, Joynal Abedin menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya kehilangan nyawanya setelah berjuang untuk bertahan hidup.

Hujan lebat disertai angin kencang dan kondisi keuangan yang terbatas menghambatnya untuk mendapatkan pertolongan medis. Dia harus membawa ayahnya ke rumah sakit yang berjarak sekitar 20 km. Selain itu, kondisi jalan yang buruk juga menambah kesulitan saat melakukan perjalanan.

Sponsored Ad

Pengalaman menyedihkan  ini telah membuka hati Abedin yang berasal dari Mymensigh, Bangladesh Utara, untuk berjuang. Abedin kemudian membuat komitmen dan janji untuk mendirikan fasilitas medis sehingga orang miskin seperti dirinya memiliki kesempatan untuk mengakses layanan medis.

Dari sana, dimulailah misi pribadi Abedin untuk mendirikan pusat medis sederhana di desanya sendiri yang terletak 60 mil di utara ibu kota Dhaka. Meskipun Abedin tidak punya uang dan koneksi, tetapi visi dan misinya kuat. Sang istri juga percaya kepadanya dan kemudian keduanya pergi ke ibu kota untuk mengadu nasib.

Sponsored Ad

Bersama istrinya Lal Banu, Abedin pergi ke Dhaka untuk mewujudkan impian kecil yang mereka coba untuk besarkan itu. Di Dhaka, Abedin menemukan pekerjaan sebagai penarik becak yang mengangkut penumpang dan barang di sekitar ibu kota. Sedangkan Lal Banu menemukan pekerjaan kecil untuk membantu di sebuah klinik medis.

Tanpa diketahui oleh Lal Banu, Abedin diam-diam menyembunyikan sebagian penghasilannya. Lal Banu bahkan mengaku merasa kekurangan karena penghasilan Abedin terkadang tidak cukup untuk kebutuhan mereka.

Sponsored Ad

Hingga suatu ketika tepatnya pada tahun 2001, Abedin kembali ke desanya. Hal itu tentu mengejutkan, mengingat banyaknya orang yang pergi ke kota dan tidak pernah kembali ke desa. Sekembalinya ke desa, Abedin memiliki rencana lain. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak 2.500 poundsterling atau sekitar Rp45 juta. Dia kemudian menginvestasikan uang itu ke sebidang tanah kecil tempat dia membangun gudang kecil. Gubuk itulah yang kemudian menjadi fondasi impian besarnya.

Sponsored Ad

Setelah itu, Abedin mulai membeli tempat tidur dan kursi. Melihat tindakannya, ada sebagian orang yang malah mengejek, meskipun ada juga yang terharu dengan apa yang dilakukannya. Abedin akhirnya berhasil membuat rumah sakit Mumtaz, tetapi sayangnya dokter menolak untuk meminjamkan keterampilan mereka ke rumah sakit itu karena mereka tidak percaya penarik becak memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk mempertahankan proyek besar ini.

Meski menghadapi banyak rintangan, Abedin dan istrinya tetap tabah dan teguh pada komitmennya hingga akhirnya apa yang mereka impikan tercapai. Rumah sakit kecil ini memiliki operasional sendiri dan ketika berita menyebar, banyak penduduk mulai mengunjungi rumah sakit Mumtaz untuk perawatan umum, sedangkan pasien dengan gejala yang lebih rumit dirujuk ke rumah sakit Mymensingh yang sudah lebih mapan dan maju.

Sponsored Ad

Kini, rumah sakit Mumtaz sudah menampung 100 pasien setiap harinya.

"Ketika saya menjadi penarik becak, banyak orang mengabaikan saya, mereka mengolok-olok saya dan banyak orang profesional menjauhi saya," kenang Abedin.

"Saya tidak kecewa, mereka tidak memiliki iman yang saya miliki dan keyakinan untuk mewujudkan mimpi ini," terangnya.

"Sekarang orang-orang sangat menghormati saya dan saya mendapatkan undangan untuk minum teh dan keramahtamahan. Banyak hal telah berubah sejak saya menarik becak," jelasnya.

Sponsored Ad

Di Bangladesh, penarik becak dianggap berada di kasta paling bawah dan banyak tukang becak berjuang mengais rejeki dengan bekerja seharian penuh. Namun, apa yang dilakukan Abedin telah membuatnya menjadi pekerja keras. Pengorbanan besarnya juga didukung oleh istrinya, Lal Banu.


Sumber: intisari


Kamu Mungkin Suka