Anak Ini Malu Punya OrangTua Penjual Mie yang Miskin! Setelahnya Kejadian Tak Terduga Ini!

Ling adalah seorang ibu muda yang memiliki seorang anak perempuan yang sudah mulai beranjak remaja. Suatu hari saat baru pulang sekolah, anak perempuannya itu menghampirinya dan berkata kalau ia ingin dibelikan sebuah hape baru.

Ling tersenyum dan menceritakan pengalamannya dulu saat ia masih remaja. Ia pun pernah mengalami hal ini dan terjadilah sebuah peristiwa yang membuat hidupnya berubah 180 derajat.

Sponsored Ad

15 tahun yang lalu, saat itu Ling masih duduk di bangku sekolah. Ia sudah remaja dan memiliki banyak teman. Tapi sayangnya kondisi ekonomi keluarganya sangat tidak bagus. Ayah dan ibu Ling hanyalah seorang pedagang mie.

Setiap hari sang ayah mengantar Ling ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sebenarnya Ling malu setiap kali ia berhenti di depan sekolah dan turun dari motor karena teman-temannya yang lain diantar dengan menggunakan mobil.

Sponsored Ad

Sepulang sekolah, Ling dan teman-temannya duduk berkumpul sambil berbincang bersama. Mereka saling memamerkan hape dengan seri terbaru, tentu saja hal ini membuat Ling jadi minder karena hapenya masih jadul, masih yang bentuk candybar, bukan touch screen.

Sponsored Ad

Teman-temannya mengejeknya dan berkata untuk minta dibelikan yang baru ke orang tuanya. Ling hanya bisa menunduk terdiam, ia sangat malu dan agak sedikit marah karena merasa kurang beruntung punya orang tua yang miskin.

Setibanya di rumah, Ling langsung menghampiri ayah ibunya lalu berkata,”Belikan aku hape baru.” ayahnya bingung,”Kan masih bagus, masih bisa dipakai, kenapa harus beli yang baru?” Ling sangat kesal,”Tapi ini sudah ketinggalan jaman! Sekarang semua hape layarnya bisa disentuh!” kemudian dengan emosi dia masuk ke kamar dan membanting pintu.

Sponsored Ad

Ayah dan ibunya kaget melihat tingkah anaknya yang jadi seperti itu, mereka tidak menyangka Ling berbicara dengan nada tinggi. Apa yang membuat Ling jadi kurang ajar? Selama ini dia adalah anak yang manis.

Sponsored Ad

Suatu hari sang ayah pergi menjemput ke sekolah seperti biasanya, tapi anehnya saat itu Ling tidak ada. Kata temannya Ling sudah pulang daritadi bersama dengan teman yang lain. Otomatis sang ayah bingung dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia pikir mungkin Ling dan temannya sebentar lagi akan tiba di rumah.

Tak lama ketika sang ayah sudah sampai di rumah, salah seorang teman Ling berkata kalau Ling ada di dekat gang situ. Ayah dan ibu Ling segera pergi ke tempat itu dan melihat Ling sedang bergerombol dengan teman-temannya yang sedang merok*k.

Sponsored Ad

Sebenarnya Ling menolak, ia sama sekali tidak menyukai itu. Tapi karena terkejut sang ayah malah tetap memarahinya dan menampar wajahnya. Ling menangis dan berlari pulang.

Sponsored Ad

Ia memperingatkan untuk tidak berteman lagi dengan kelompok yang membawa pengaruh buruk. Bahkan sang ayah berkata kalau sampai ketahuan lagi, ia tidak akan segan-segan untuk memukul lebih keras lagi.

Ling takut dan hanya bisa menangis. Ia masuk ke dalam kamar dan menangis sepanjang hari. Ia merasa hidupnya tidak adil, mengapa ia terus dimarahi padahal ia tidak melakukannya Dan yang paling jengkelnya lagi adalah mengapa terlahir di keluarga miskin?

Sponsored Ad

Sejak saat itu Ling jadi pendiam dan suka murung. Hingga suatu hari teman laki-lakinya ada yang bertanya,”Ling, kenapa sih kamu murung terus? Nih ambil, aku kasih permen gembira. Kamu makan saja!” sambil meletakkannya di tangan Ling.

Belum juga dimakan, tiba-tiba dari belakang datang tiga orang polisi yang langsung menangkap mereka. Rupanya permen yang tadi dikasih temannya itu adalah benda terlarang! Polisi tidak mau mendengar basa-basi apapun dan langsung meringkus mereka ke kantor.

Sponsored Ad

Saat itu di rumah, ayah Ling sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk Ling karena sebentar lagi adalah hari ulang tahunnya. Ternyata diam-diam ayah dan ibu sudah membeli hape touchscreen terbaru sebagai hadiahnya.

Namun saat sang ayah sedang memandangi hape tersebut, tiba-tiba ia menerima telepon dari kantor polisi dan menyuruhnya untuk segera datang. Dengan hati hancur kedua orang tua Ling melesat ke kantor polisi.

Mereka meminta bantuan pengacara untuk membantu anaknya keluar dari kantor polisi. Mereka mengeluarkan celengan dan berkata rela membayar berapapun asalkan anaknya bisa selamat. Mereka menangis memohon kepada sang pengacara.

Pengacara itu berusaha menenangkan ayah dan ibu Ling, ia berkata ia akan mencoba sebisa mungkin dan ingin mempelajari kasusnya terlebih dahulu. Setelah melihat lembar perkara, ia merasa kasus ini tidak berat karena Ling terbukti tidak pernah menggunakan benda haram tersebut, tubuhnya bersih kok!

Rasanya ada hembusan angin segar masuk ke dalam hati orang tua Ling. Mereka berharap anak satu-satunya itu bisa segera bebas.

Singkat cerita, setelah melalui proses ini dan itu akhirnya Ling dibebaskan. Ia berlari memeluk kedua orang tuanya sambil menangis. Ia merasa bersalah dan meminta maaf, ia juga berjanji untuk menjadi anak yang baik. Ia tidak akan meminta hape baru dan tidak akan malu lagi punya orang tua seperti mereka.

Sejak saat itu, Ling jadi rajin membantu ayah ibunya berdagang mie. Ia juga mengelap keringkat sang ayah yang terus bercucuran saat membuat mie. Kini ia sadar begitu besarnya perjuangan ayah dan ibu serta begitu besarnya kasih mereka terhadapnya.

Ia berjanji untuk menjadi anak yang berbakti dan saat besar nanti ia akan membuat kedua orang tuanya bahagia. Itulah cerita masa remaja Ling yang membuatnya bisa menjadi sosok baik seperti sekarang.

Cerita Ling pada anaknya ini juga disambut baik oleh sang anak. Akhirnya anak Ling juga tidak memaksa Ling untuk membelikannya hape baru. Sang anak malah memeluk Ling sambil tersenyum.


Sumber : facebook

Kamu Mungkin Suka