Sejak Dulu, Jumlah Rumah di Kampung Ini Selalu 111! Alasan di Baliknya Sungguh di Luar Dugaan!

Tidak dapat dipungkiri, hiruk pikuk perkotaan terkadang membuat kita sebagai orang modern merasa lelah. Di saat seperti itu, kita tentu ingin ‘menyepi’ sejenak ke tempat yang tenang dan asri.

Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Tasikmalaya, Jawa Barat adalah pilihan tepat bagi kita yang ingin melarikan diri dari hingar bingar dunia kota. Desa seluas 1,5 hektare ini masih sangat hijau dan sama sekali tidak mendapat sentuhan dunia modern.

Sponsored Ad

Di Kampung Naga, kita bisa melihat ratusan pohon eboni, sawah-sawah yang membentang, dan juga sungai Ciwulan yang mengalir jernih. Untuk sampai desa ini, kita harus berjalan kaki dan menuruni 439 anak tangga.

Meskipun cukup menguras tenaga, tetapi ketika menyusuri jalan masuk ke desa ini, rasa lelah kita akan berganti dengan rasa terpukau karena melihat rumah-rumah bernuansa alam yang terbuat dari bambu, kayu, daun nipah, dan daun palem. Ada sekitar 300 penduduk yang tinggal di Kampung Naga. Mereka hidup secara sederhana dan harmonis satu dengan yang lain. Tidak hanya terhadap sesama penduduk lokal, mereka juga ramah kepada turis domestik maupun mancanegara.

Sponsored Ad


Kehidupan tanpa listrik dan musik

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, warga Kampung Naga ternyata menolak tawaran pemerintah untuk mendapatkan fasilitas listrik. Selain itu, mereka juga tidak memakai gas LPG dan memilih tetap memasak menggunakan tungku. Dapat dikatakan, aktivitas sehari-hari warga desa ini dilakukan secara tradisional.

Selain itu hidup tanpa listrik dan gas LPG, warga Kampung Naga juga melarang siapa pun untuk membunyikan musik. Tapi, jangan khawatir. Sebagai gantinya, kita bisa mendengarkan suara alam yang merdu, mulai dari kicauan burung, air mengalir, angin, serangga, dan gemerisik pohon. Di desa ini, kita akan benar-benar ‘menyatu’ dengan alam.

Sponsored Ad

Dapat dikatakan, Kampung Naga merupakan tempat yang sangat cocok bagi kita yang ingin menyepi. Di malam hari, kita bisa menikmati suasana yang damai dan tenang dengan cahaya remang-remang dari lampu patromak.

Jika ingin menginap di Kampung Naga, kitra harus membuat janji dengan pemandu dan meminta izin kepada penduduk setempat terlebih dahulu. Selain itu, kita juga harus memperhatikan dengan seksama peraturan dan nilai-nilai yang ada di sana karena desa ini masih memegang erat tradisi leluhur.

Sponsored Ad


Memengang erat tradisi

Di Kampung Naga, terdapat beberapa tempat keramat yang tidak boleh dimasuki atau difoto. Tempat tersebut hanya boleh dimasuki oleh para tetua desa.

Kuatnya penduduk setempat dalam memegang tradisi dapat dilihat pada rumah-rumah yang didirikan di desa ini. Bangunan rumah harus menghadap utara atau selatan, sementara masjid dan balai desa harus mengarah ke timur atau barat. Selain itu, selama bertahun-tahun, penduduk desa juga tidak pernah menambah atau mengurangi jumlah rumah yang ada dan tetap bertahan pada angka 111.

Sponsored Ad


Upacara Hajat Sasih

Warga Kampung Naga melaksanakan upacara Hajat Sasih secara rutin. Menurut keterangan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada dasarnya Upacara Hajat Sasih adalah sebuah upacara berupa ziarah dan pembersihan makam leluhur yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang ditetapkan dalam kalender Islam.

Sebelum pelaksanaan upacara, para peserta upacara harus melaksanakan beberapa hal, di antaranya diwajibkan mandi dan membersihkan diri dari segala kotoran di sungai Ciwulan. Hajat Sasih merupakan titik puncak dari rasa tunduk dan patuh kepada leluhur mereka.

Sponsored Ad


Jalan ke Kampung Naga

Kampung Naga terletak 30 km dari pusat kota Tasikmalaya. Kita bisa menuju desa ini dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat dengan waktu perjalanan kurang lebih satu jam dari pusat kota. Jika menggunakan pesawat, maka kita harus mendarat di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kampung Naga melalui jalur darat. 

Karena letak Kampung Naga berada jauh di bawah tebing, maka kita harus menuruni sekitar 439 anak tangga sebelum akhirnya sampai di desa yang hijau dan tak terpengaruh modernisasi ini.


Sumber: intisari


Kamu Mungkin Suka