Suami Kabur Setelah Melahirkan, Perjuangan Ibu dan Bayi 700 Gram Bikin Banjir Air Mata

Kehadiran seorang anak dalam keluarga harusnya membawa kebahagiaan. Namun berbeda yang dialami Murni (19), warga Kecamatan Palolo, Kabupaten Donggala, Palu, Sulawesi Selatan. Seusai melahirkan bayi dengan bobot hanya 700 gram, Murni ditinggalkan suaminya, Rifki (23), yang mendadak malah hilang tanpa kabar di tengah pemulihan dirinya pasca-melahirkan.

Murni dibiarkan berjuang sendiri di rumah sakit. Dia bingung siapa yang menanggung beban biaya rumah sakit nanti, perawatan anak dengan bobot tidak normal, hingga kehidupannya seorang diri tanpa ada saudara dan suami nanti di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mengingat itu semua, Murni seketika menjadi lemas.

Sponsored Ad

“Jalani apa adanya saja,” kata Murni. Keduanya datang tanpa kartu identitas. Rifki dengan keahlian mengendarai mobil berencana menjadi sopir bagi kendaraan pengangkut sayur di pasar. Karena itu, mereka tinggal tak jauh dari pasar di kawasan Sepinggan.

“Dapat tempat tinggal di rumah kerabat Rifki,” kata Murni. Belum lama di Balikpapan, Murni melahirkan lebih cepat dari jadwal kelahirannya. Meski tanpa identitas lengkap, ia nekat melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kanudjoso di Balikpapan. “Bulan ke-6 kehamilan,” kata Murni. Lahir di usia prematur, bayi itu hanya berbobot 700 gram.

Sponsored Ad

Pihak rumah sakit menawarkan perawatan NICU bagi si bayi. Namun Murni dan Rifki menolak tawaran itu karena merasa tak mampu membayar ongkos Rp 3-4 juta per hari untuk NICU ini. Tim medis pun segera memasukan sang bayi ke inkubator sampai 20 hari berikutnya. Murni mengaku sempat khawatir melihat kondisi anaknya. “Sering melihat si bayi seperti sulit bernafas,” katanya. Rifki mendadak menghilang sebelum si bayi keluar dari inkubator.

SMS terakhir sang suami hanya mengabarkan bahwa dirinya sudah bekerja. Selama itu, Murni menunggui si bayi di ruang tunggu di samping ruang menyusui RSUD. Ia tak memiliki uang dan juga keluarga yang menemani. Selama ini, kata Murni, ia hanya mendapat bantuan dari ibu-ibu yang juga sedang menyusui di sekitarnya.

Sponsored Ad

Tibalah bayi Murni mendapat Perawatan Metode Kanguru (PMK). Dengan metode ini, si bayi terus menempel dengan ibunya. Setiap dua jam sekali, ia harus menyusui si bayi. Semakin intens dengan si bayi, Murni terus tinggal di ruang tunggu ruang menyusui. Lantaran menanti tanpa uang, rasa lapar semakin sering menyergapnya. Kondisi puncak lapar adalah sehabis menyusui. Namun karena tak ada uang, ia memilih menahan lapar.

“Seharian menahan lapar dan tidak makan. Hanya minum saja. Berulang kali seperti itu,” kata Murni. Kondisi ini berlangsung hampir satu bulan. Kondisi Murni mengundang haru sesama ibu-ibu menyusui. Bantuan sedekah mulai mengalir, mulai uang hingga makanan.

Sponsored Ad

“Satu minggu belakangan ini mulai banyak yang memberi bantuan. Dikasih makan pagi dan malam. Kadang uang Rp 50.000 untuk saya beli makan,” katanya. Bersama dengan itu, metode kanguru juga membuat si bayi tumbuh baik. Si bayi semakin kuat menyusu pada ibunya. Kondisi si bayi kini lebih baik. Ia memiliki bobot 950 gram. “Belum juga saya kasih nama untuk si bayi,” katanya. Undang simpati netizen Seorang staf administrasi RSUD di bagian operator billing, Rahmatiya, berinisiatif menyebarkan kondisi Murni yang memprihatinkan melalui jejaring sosial Facebook.

Sponsored Ad

Murni yang tidak memiliki keluarga, tak memiliki identitas, juga biaya mau tak mau segera harus menanggung biaya rumah sakit selama persalinannya di sana. Tak hanya itu. Murni juga harus membayar biaya perawatan selama si bayi berada di ruang bayi di RSUD. “Biayanya sekitar 40-an juta,” kata Tya, sapaan Rahmatiya. Tya menyebarkan kondisi Murni ke akun FB Aliansi Bikers Sosial. Sontak tawaran bantuan mengalir. Upaya Tya tidak hanya sampai di FB saja.

Sponsored Ad

Tya membantu Murni mengurus keterangan RT, kelurahan di Gunung Bahagia, hingga Dinas Sosial untuk meminta Jaminan Kesehatan Provinsi. Upaya Tya tak sia-sia. Pemprov Kaltim akhirnya bersedia memberikan bantuan biaya perawatan Murni dan si bayi selama berada di RSUD. Bantuan Mengalir Sementara itu, perwakilan humas RSUD, Dian Sugianti, mengungkapkan, banyak pasien serupa Murni yang dirawat di RSUD. Penanganannya sejatinya tidak rumit. Mereka yang memiliki identitas, apalagi ber- KTP Balikpapan, tentu memiliki peluang langsung mendapat bantuan biaya perobatan dan perawatan dari BPJS.

Sponsored Ad

Hal berbeda bila pasien ternyata tak memiliki KTP Balikpapan, terlebih lagi tanpa identitas.

“Syarat dari BPJS itu yang bersangkutan harus memiliki identitas atau kartu keluarga. Hanya butuh beberapa hari BPJS kemudian akan melakukan konfirmasi,” kata Dian. Murni sejak semula tidak memiliki identitas. Pihak RSUD sebenarnya telah berupaya  membantunya untuk segera mendapatkan bantuan biaya perobatan dan pemulihan, juga perawatan pada anak. RSUD menggandeng Dinas Sosial Balikpapan memfasilitasi bagaimana Murni dan bayinya bisa memperoleh bantuan perawatan.  

Sponsored Ad

Dian mengungkapkan, sejumlah lembaga donor lokal akhirnya mulai menawarkan bantuan. Ia mencontohkan, dalam kasus Murni, Yayasan Sedekah Rombongan sempat menawarkan diri membantu Murni. Tak lama, bantuan dari Pemprov Kaltim melalui Jaminan Kesehatan Provinsi Kaltim datang. “Bantuan pemerintah untuk membaiayai perawatan anaknya lewat Jamkesprov. Sekarang hanya tinggal persoalan si ibu sendiri, bagaimana makan sehari-hari dan pakaiannya,” kata Dian.


Sumber: Kompas

Kamu Mungkin Suka