Meski Rasanya Makin Lezat, Mengonsumsi Sayur Goreng Sebenarnya Bahaya Gak Sih Untuk Kesehatan?

Sekarang ini, aneka sayur goreng jadi menu makanan di mana-mana. Dari restoran hingga pedagang kaki lima. Ada kol goreng, terong goreng, kembang kol goreng, keripik bayam goreng, dan sayuran lainnya yang digoreng bagaikan menu lauk ayam goreng. Setelah digoreng dengan direndam dalam minyak panas atau disebut juga deep frying, rasa sayuran ini jadi jauh lebih nikmat. Maka itu, tidak heran orang jadi ketagihan kol goreng dan sayur goreng lainnya. Namun, apakah sayuran goreng ini masih menyehatkan? Atau justru jadi berbahaya? Simak ulasannya di sini.

Sponsored Ad

Apa yang terjadi ketika sayuran digoreng?

Sayuran menyerap banyak lemak


Sponsored Ad

Menggoreng dengan cara deep frying akan membuat bahan makanan yang digoreng jadi lebih banyak menyerap minyak. Termasuk saat menggoreng sayuran, akan lebih banyak lemak yang terserap dalam sayur yang secara alami seharusnya rendah lemak.

Peningkatan kadar lemak dari makanan ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, dan hipertensi.

Sponsored Ad

Menggoreng sayuran dengan metode deep frying juga banyak merusak kandungan vitamin dan mineral yang ada di dalam sayur. Sayur yang harusnya mengandung vitamin dan mineral banyak, kadarnya jadi berkurang akibat kerusakan yang ditimbulkan setelah dipanaskan.


Contohnya, vitamin E akan menghilang ketika sayuran digoreng. Begitupun dengan beta-karoten dan vitamin A. Kadarnya akan menurun jauh.


Terjadi perubahan kimiawi yang membahayakan

Ketika minyak digunakan untuk menggoreng, suhunya sangat tinggi. Ini akan menimbulkan berbagai perubahan struktur kimiawi, baik dari minyak maupun kandungan dalam sayuran.

Sponsored Ad


Bukan hanya rusaknya beberapa vitamin dan mineral, suhu tinggi saat menggoreng menyebabkan pembentukan racun seperti amina, akrilamida, dan senyawa sulfur.


Apalagi jika penggunaan minyak goreng berulang alias minyak jelantah, ini dapat merusak antioksidan sayuran yang Anda goreng.


Selain pembentukan senyawa beracun pada minyak, penggorengan juga membuat perubahan pada struktur kimia minyak. Menggoreng membuat struktur lemak dalam minyak berubah menjadi lemak trans.

Sponsored Ad

Lemak trans ini kemudian akan terserap dalam sayuran yang Anda goreng. Semakin banyak lemak trans yang masuk ke dalam tubuh Anda semakin berbahaya untuk kesehatan tubuh. Lemak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL).


Sponsored Ad

Sayur goreng memang enak, tapi jangan sering-sering

menu buka puasa sehat dengan sayur


Sayuran memiliki kandungan vitamin dan mineral yang sangat penting untuk tubuh. Akan tetapi, ketika sayuran dibuat jadi menu kol goreng, terong goreng, kembang kol goreng, efek negatifnya jadi lebih banyak dibandingkan manfaat yang seharusnya Anda dapatkan.


Menggoreng memang bisa meningkatkan cita rasa, warna, dan tekstur sayuran. Namun, kandungan gizi sayuran yang berkurang dan efek merugikan lainnya lebih banyak.

Sponsored Ad


Apalagi jika Anda makan sayur goreng di restoran atau warung makan. Biasanya minyak yang digunakan untuk menggoreng sayuran sudah dipakai berulang kali, sehingga efeknya lebih buruk bagi tubuh Anda.


Lebih aman menumis dibandingkan menggoreng sayuran

Memang sulit untuk mengurangi kol goreng dan sayur goreng lainnya karena rasanya yang jauh lebih nikmat. Namun, dibandingkan digoreng, sebaiknya cukup tumis sayuran dengan minyak secukupnya.

Sponsored Ad


Menumis dengan minyak masih lebih aman dibandingkan membuat kol goreng atau terong goreng krispi. Menumis biasanya dilakukan sebentar, waktu masaknya lebih cepat dibandingkan menggoreng dengan deep frying.


Apalagi kalau menumis dengan minyak zaitun, lemak yang didapatkan akan jauh lebih sehat tapi sayuran pun tetap nikmat.


Menumis sayuran dengan minyak zaitun murni alias virgin olive oil, menurut penelitian dalam jurnal Food Chemistry tahun 2015, justru dapat memperkaya zat fenol alami. Fenol adalah sejenis zat antioksidan yang dapat membantu mencegah kanker, diabetes, dan kerusakan sel.


Sumber: hellosehat


Kamu Mungkin Suka