5 Hari Berjuang di Ruang Isolasi, Pasien Asal Surabaya yang Sembuh Dari Positif Corona Ceritakan Kengerian Hingga Rahasia Sembuh!

 Virus corona telah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Jakarta berada di urutan pertama sebagai kota yang terdampak virus corona paling besar di Indonesia. Disusul Jawa Barat, Banten, lalu Surabaya. Keempat wilayah tersebut terus melakukan tindakan pencegahan.

Di Kota Surabaya seluruh elemen pemerintahan juga telah melakukan berbagai upaya untuk menekan persebaran virus corona ini.

Di antaranya menyemprotkan disinfektan di seluruh wilayah Surabaya.

Namun, penyemprotan disinfektan baru dilakukan oleh beberapa wilayah saja, sehingga pasien corona di Jawa Timur masih terus meningkat.

Sponsored Ad

Melansir laman Surya, per Sabtu (28/3/2020), di Provinsi Jawa Timur tercatat ada 11 tambahan kasus dari hari sebelumnya.

Sehingga jumlah kasus positif corona di Jawa Timur ada 77 kasus, sementara 8 orang dikabarkan sembuh dan 4 orang meninggal dunia.

Di Surabaya, jumlah kasus positif corona ada 31, dan enam diantaranya dinyatakan sembuh.

Pasien corona yang sembuh pun kini masih dalam pengawasan pemerintah.

Salah satu pasien corona yang masih mendapat pengawasan adalah Christina.

Sponsored Ad

Melansir laman Kompas.com, Christina, warga Surabaya ini mulai merasakan perubahan pada kondisi tubuhnya pada awal Maret 2020 lalu.

Christina awalnya mengalami demam tinggi, lalu disusul badan terasa sakit, hingga kehilangan nafsu makan.

Pada 9 Maret 2020, Christina memeriksakan kondisinya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya.

"Beberapa hari saya dirawat di RS Mitra Keluarga. Waktu itu napas saya sudah lemas. Dada kanan warnanya abu-abu sudah bisa sembuh karena terapi. Lalu yang kiri memburuk berbentuk embun dan menutup" kata Christina saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/3/2020).

Sponsored Ad

Kondisinya belum juga membaik, Chirstina kemudian dibawa ke RS Unair untuk dilaukan swab tenggorokan dan hidung, pada 11 Maret 2020 lalu.

Di waktu yang sama, RS Mitra Keluarga sudah mengosongkan pasien. Dan esok harinya, Christina dilarikan ke RSUD dr Soetomo, lalu masuk ruang isolasi khusus.

Christina bercerita bahwa selama diisolasi, kondisinya sangat lemas dan sulit bernapas.

"Saya tahu saat dimasukkan ke ruang isolasi khusus. Dengan kondisi lemas bernapas pun sudah tidak sampai, oksigen tidak maksimal. Saya sendiri di ruang khusus itu bersama alat medis," ungkap Christina.

Sponsored Ad

Selama mendapat perawatan intensif di ruang isolasi, Christina tidak tahu dan tidak diberitahu jika ia positif corona.

Dokter hanya menyampaikan jika Christina harus sembuh, harus kuat dan tidak putus asa dalam berdoa.

"Ibu harus sembuh, Ibu sehat, karena hanya Ibu yang bisa membantu diri Ibu sendiri, imun Ibu yang membentengi Ibu sendiri. Itu kata dokter pada saya. Tidak pernah sama sekali dokter dan perawat bilang pada saya tentang virus," ucap dia.

Sponsored Ad

Christina mengakui jika selama dirawat di ruang isolasi, adalah hari-hari paling berat dalam hidupnya.

Setelah 5 hari berada di ruang isolasi dengan peralatan lengkap, Christina kemudian dipindahkan ke ruang isolasi tanpa peralatan.

"Itu lima hari yang luar biasa berat. Saya merasakan betapa sakitnya. Dokter terus mendukung saya, Ibu tidak apa-apa jalan pelan-pelan selangkah dulu dan pakai oksigennya. Lalu setelah itu saya dimasukkan ke ruang yang tidak ada peralatan lagi, masih di ruang isolasi juga," kata dia.

Sponsored Ad

Baru pada hari kedelapan, ibu dua anak ini bisa bertemu dengan sang suami.

Dan pada kesempatan itu, dokter menyampaikan jika Christina telah dinyatakan negatif Covid-19, kepada sang suami.

"Dokter bilang itu pada suami saya kalau saya sudah kembali sehat. Saya dinyatakan negatif Covid-19," kata Christina.

Saat ini Christina telah berada di rumah, ia pun mulai membatasi diri untuk keluar rumah, dan menjaga pola hidup agar tetap sehat.

Pemkot Surabaya juga masih memantau kondisi kesehatan Christina. Bahkan ia diberi sejumlah vitamin, suplemen dan makanan sehat.

Sponsored Ad

Kini telah sembuh, Christina mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Peraturan pemerintah itu harus didengar. Ini bukan penyakit atau virus biasa. Saya sudah mengalami ini.

"Untuk anak muda, sudah tidak usah lagi keluar kalau sekadar nongkrong itu tidak perlu. Kita batasi interaksi. Memang ada dokter, tapi dia juga manusia (punya keterbatasan)," pesan Christina.


Sumber: Grid

Kamu Mungkin Suka